TechDaily.id – Keren banget ilmuwan di China berhasil menemukan cara menciptakan air pakai debu Bulan. Awalnya ide ini pun membuat sejumlah orang melongo.
Meskipun mungkin tampak logis untuk berpikir bahwa kita dapat membawa semua sumber daya yang kita butuhkan untuk membangun pangkalan bulan (seperti yang direncanakan Korea Selatan pada tahun 2045) dan berkembang di permukaan bulan dari Bumi, para peneliti memperkirakan biayanya sekitar $83.000 per galon untuk mengangkut air dari Bumi ke bulan.
Namun, bagaimana jika kita dapat menghasilkan air dan sumber daya lain yang sangat dibutuhkan langsung dari sumber daya yang ditawarkan bulan?

Ilmuwan Diduga Temukan Cara Mengubah Debu Bulan Jadi Bahan Bakar Roket dan Oksigen
Itulah ide di balik sebuah studi baru dari ilmuwan China (diterbitkan di Joule) yang mengklaim telah menemukan cara untuk menciptakan air menggunakan debu bulan, sebagaimana dikutip dair BGR.
Agar kelangsungan hidup jangka panjang dapat terwujud, kita perlu menemukan cara yang lebih cerdas dan efisien untuk menghasilkan air. Dan jika debu bulan benar-benar dapat diekstraksi airnya, maka kita dapat memiliki akses ke sumber air yang tak pernah habis untuk diandalkan para astronot.
“Kami tidak pernah sepenuhnya membayangkan ‘keajaiban’ yang dimiliki tanah bulan. Kejutan terbesar bagi kami adalah keberhasilan nyata dari pendekatan terpadu ini. Integrasi satu langkah ekstraksi H2O bulan dan katalisis CO2 fototermal dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi dan mengurangi biaya serta kompleksitas pembangunan infrastruktur,” ujar Lu Wang, seorang peneliti di Universitas Tiongkok Hong Kong, Shenzen, dalam sebuah pernyataan.

Mengubah debu menjadi air
Seluruh idenya, menurut studi dan pernyataan para peneliti, adalah untuk memanfaatkan air yang ditemukan dalam debu bulan secara alami. Kita tahu bahwa air ada dalam debu bulan berkat sampel tanah yang diambil oleh misi Chang’E-5. Meskipun kita telah mempelajari cara lain untuk mengekstrak air dari tanah bulan, semua cara ini sebelumnya bergantung pada beberapa langkah yang membutuhkan banyak energi.
Namun, dengan teknologi baru ini, para peneliti mengklaim mereka tidak hanya dapat memanfaatkan air dalam debu bulan, tetapi juga dapat menghasilkan karbon monoksida dan gas hidrogen, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Mereka yakin mereka bahkan dapat menghasilkan oksigen, yang dapat digunakan untuk menjaga astronot tetap bernapas di bulan. Para peneliti mengatakan mereka menguji proses ini dengan beberapa sampel yang dikumpulkan oleh misi Chang’E, serta menggunakan sampel debu bulan yang disimulasikan.

Terlepas dari keberhasilan yang mereka lihat di laboratorium, para peneliti mencatat bahwa lingkungan yang keras di bulan tidak serta merta berarti bahwa teknologi ini akan berhasil di sana, setidaknya tidak seperti sekarang. Penelitian dan pengujian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan sistem ini benar-benar layak sebagai sistem pembangkit air. Namun setidaknya kita telah mengambil langkah awal yang sangat dibutuhkan untuk menemukan solusi yang dapat membuat semua rencana koloni bulan kita (terutama semua rumah bulan yang direncanakan NASA untuk dibangun pada tahun 2040) tidak hanya dapat dicapai, tetapi juga lebih mudah dilaksanakan.
Misi ke Bulan Kembali Menggeliat, Era Baru Eksplorasi Luar Angkasa Dimulai
Setelah beberapa dekade berlalu sejak pendaratan manusia pertama di Bulan oleh NASA pada 1969, misi ke Bulan kembali menjadi fokus utama berbagai negara dan perusahaan antariksa. Tahun-tahun terakhir ini menandai kebangkitan eksplorasi Bulan, bukan hanya untuk kepentingan sains, tetapi juga sebagai langkah awal menuju koloni luar angkasa dan penambangan sumber daya alam luar angkasa.
Berikut ini adalah rangkuman perkembangan terbaru misi Bulan dari berbagai penjuru dunia yang menarik untuk disimak.
Kebangkitan Misi Bulan: Mengapa Sekarang?
Bulan kini dianggap sebagai titik strategis untuk pengembangan teknologi ruang angkasa dan latihan sebelum menjelajahi planet lain seperti Mars. Permukaannya menyimpan es air di kutub selatan, yang berpotensi menjadi sumber air dan oksigen bagi misi jangka panjang. Selain itu, Bulan dapat menjadi basis peluncuran atau stasiun transit antarplanet.
Misi Bulan Terkini dari Berbagai Negara
1. Artemis Program – NASA (Amerika Serikat)
NASA meluncurkan Artemis, program ambisius yang bertujuan mengembalikan manusia ke Bulan, termasuk mendaratkan astronot wanita pertama dan astronot kulit berwarna pertama di permukaan Bulan.
- Artemis I sukses mengorbit Bulan tanpa kru.
- Artemis II (dijadwalkan 2025) akan membawa kru mengelilingi Bulan.
- Artemis III menargetkan pendaratan manusia di kutub selatan Bulan, membawa teknologi baru dan habitat lunar.
2. Chandrayaan-3 – ISRO (India)
India sukses mendaratkan rover Vikram di kutub selatan Bulan pada Agustus 2023, menjadikannya negara keempat yang berhasil mendaratkan wahana di Bulan, dan yang pertama di wilayah selatan yang sebelumnya tak tersentuh.
Misi ini menjadi bukti kemajuan luar angkasa India dan membuka peluang kolaborasi global.
3. Luna 25 – Roscosmos (Rusia)
Rusia mencoba kembali ke Bulan lewat misi Luna 25, sebagai lanjutan dari program Luna era Soviet. Meskipun misi ini mengalami kegagalan, Rusia tetap berambisi melanjutkan eksplorasi Bulan lewat kerja sama dengan Tiongkok.
4. Chang’e Series – CNSA (Tiongkok)
Tiongkok menunjukkan konsistensi melalui misi Chang’e.
- Chang’e 4 berhasil mendarat di sisi jauh Bulan (2019)
- Chang’e 5 membawa kembali sampel batuan dari Bulan (2020)
- Chang’e 6 dan Chang’e 7 dijadwalkan untuk membawa lebih banyak data dan persiapan misi awak.